Jumat, 10 Oktober 2014

MENGENDALIKAN FUNGSI MANAJEMEN 1

Definisi controlling dan langkah-langkah controlling

1. Definisi controlling
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. Pengendalian merupakan adalah fungsi penting karena membantu untuk memeriksa kesalahan dan mengambil tindakan korektif sehingga penyimpangan dari standar diminimalkan dan menyatakan tujuan organisasi dicapai dengan cara yang diinginkan.

2. Langkah-langkah controlling
Mochler dalam Stoner James, A. F. (1988) menetapkan empat langkah dalam proses pengendalian, yaitu sebagai berikut:
1.         Menetapkan standar dan Metode Mengukur Prestasi Kerja
Standar yang dimaksud adalah criteria yang sederhana untuk prestasi kerja, yakni titik-titik yang terpilih didalam seluruh program perencanaan untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan.
2.         Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja
Pengukuran prestasi kerja idealnya dilaksanakan atas dasar pandangan kedepan, sehingga penyimpangan-pennyimpangan yang mungkin terjadi ari standar dapat diketahui lebih dahulu.
3.         Menganalisis Apakah Prestasi Kerja Sesuai dengan Standar
Yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya beada dalam kendali.
4.         Mengambil Tindakan Korektif
Proses pengawasan tidak lengkap bila tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Apabila prestasi kerja diukur dalam standar, maka pembetulan penyimpangan yang terjadi dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian mana dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.

Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
M.Ag, Badrudin. (2013). Dasar-Dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Tangkilisan, Drs.Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.

ACTUATING DALAM MANAJEMEN 2

Prinsip actuating dan bagaimana mencapai actuating managerial yang efektif

1. Prinsip actuating
Prinsip-Prinsip Penggerakan Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:
1. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya
2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia
3. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi
4. Menghargai hasil yang baik dan sempurna
5. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih
6. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
7. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya

Pekerjaan  seorang manajer tidak terlepas dari organisasi. Secara umum organisasi diartikan sebagai  kumpulan dua atau lebih orang yang bekerja sama secara  terkoordinasi  dan terstruktur  untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi diperlukan untuk pencapaian tujuan  bersama secara efektif dan efisien. Manajer melakukan proses manajemen, mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mengolah input guna  mencapai tujuan organisasi. 

2. Mencapai actuating managerial yang efektif
Proses manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Meskipun secara. teoritis proses manajemen menunjukkan hubungan yang logis, dalam praktek, proses manajemen yang dilakukan tidak selalu urut, dan seringkali dikerjakan secara simultan.


Daftar pustaka
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat
Ramli, Rusli & Warsidi, 2005Adi, Pengantar Manajemen. Penerbit UT
http://vickysoeshinda.blogspot.com/2013/11/prinsip-dan-mencapai-actuating.html?m=1

ACTUATING DALAM MANAJEMEN 1

pengertian actuating dan pentingnya actuating

1. Pengertian Actuating
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, “Actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakkan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar.
Actuating merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.

2. Pentingnya Actuating
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan, dapat mempengaruhi orang-orang agar bersedia menjadi pengikut, menaklukan daya tolak seseorang dan membuat orang dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan mandiri.

Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat
Ramli, Rusli & Warsidi, 2005Adi, Pengantar Manajemen. Penerbit UT
Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen, Winardi, SE, Prof,Dr, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.

PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAJEMEN 2

Manfaat Struktur fungsional dan divisional beserta kerugiannya

Struktur organisasi fungsional ini mempunyai  beberapa kelebihan, antara lain:
Efisiensi melalui spesialisasi
Komunikasi dan jaringan keputusannya relatif sederhana
Mempertahankan tingkat pengendalian strategi pada level manajemen puncak
Mempermudah pengukuran output dan hasil dari setiap fungsi

Sedangkan kekurangan dari struktur organisasi fungsional adalah:
Dapat mendorong timbulnya persaingan dan konflik antar fungsi
Mengakibatkan sulitnya koordinasi di antara bidang-bidang fungsional
Dapat menyebabkan tingginya biaya koordinasi antar fungsi
Identifikasi karyawan dengan kelompok spesialis dapat membuat perubahan menjadi sulit

Dalam struktur organisasi divisional, manajer divisi dapat mengembangkan strategi untuk masing-masing divisinya dan mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda dengan divisi lainnya. Pada organisasi divisional, divisi-divisi tersebut dapat menjadi tempat yang baik untuk melatih para manajer muda. Selain itu juga merupakan tempat yang baik  dalam mengembangkan intuisi kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat inisiatif dalam suatu perusahaan.

Struktur Divisional
Sebagaimana struktur organisasi yang lain, struktur organisasi divisional ini juga  mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan  struktur organisasi divisional antara lain:
Koordinasi antar fungsi menjadi lebih mudah dan cepat
Mempunyai fleksibilitas pada struktur perusahaan
Spesialisasi pada setiap divisi dapat dipertahankan
Kesempatan karir lebih terbuka

Sedangkan kekurangan  struktur organisasi divisional antara lain:
Mengkibatkan turunnya komunikasi antara spesialisasi funsional
Sangat potensial untuk menimbulkan persaingan antar  divisi
Pendelegasian yang besar dapat menimbulkan masalah


http://id.wikipedia.org/wiki/Fungsionalisme_struktural
http://filsafat.kompasiana.com/2013/04/15/teori-struktural-fungsional--546379.html
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certob2.htm
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5309/fproses_certob3.htm

Sabtu, 04 Oktober 2014

Pengorganisasian Struktur Manajemen 1

Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen. Pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang.

Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah. Struktur organisasi terdiri atas unsur  spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja.

Pengorganisasian sebagai Salah satu Fungsi Manajemen
Salah satu fungsi manajemen adalah mengetahui pengorganisasian yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting karena dengan pengorganisasian berarti akan memadukan seluruh sumber-sumber yang ada dalam organisasi,baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya ke arah tercapainnya suatu tujuan. Pentingnya pengorganisasian sebagai fungsi yang dijalankan oleh setiap manajer atau orang-orang yang menjalankan manajemendalam setiap organisasi. Fungsi manajemen lainnya yaitu pengorganisasian,yang sama pula pentingnya dengan fungsi perencanaan karena dalam pengorganisasian seluruh sumber (resources) baik berupa manusia maupun yang nonmanusia harus diatur dan paduakan sedemikian rupa untuk berjalannnya suatu organisasi dalam rangkai pencapaian tujuannya. Pemahaman tentang pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen, akan memberikan kejelasan bahwa proses pengaturan di dalam organisasi tidak akan selesai, tanpa diikuti oleh aktuasi yang berupa bimbingan kepada manusia yang berada di dalam organisasi tersebut,agar secara terus-menerus dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

elearning.gunadarma.ac.id

http://www.manajemenn.web.id/2011/08/pengertian-pengorganisasian.html

Perencanaan Penetapan Manajemen: Planning 2

MANFAAT PERENCANAAN :
1.      Standar pelaksanaan dan pengawasan.
2.      Pemilihan berbagai alternative terbaik.
3.      Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4.      Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5.      Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6.      Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan,.
7.      Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
8.      Mengarah pada tindakan yang bertujuan.
9.      Menghindari kesalahan atau risiko.
10.  Memungkinkan pendelegasian tugas (kekuasaan).
11.  Memungkinkan koordinasi.
12.  Metode yang digunakan bisa lebih baik.
13.  Bisa berhemat atau ekonomis dana.
14.  Bisa menghemat tenaga manajemen.
15.  Sebagai dasar untuk pengendalian.

JENIS PERENCANAAN DALAM ORGANISASI :
Melihat tingkat hirarkis, ada tiga jenis perencanaan: perencanaan strategis, taktis dan operasional.

1.      Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan dihasilkan oleh tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi. Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk mencapainya.

Perencanaan ini merupakan proses dimana eksekutif / top manajer meramal arah jangka panjang dari suatu entitas dengan menetapkan target spesifik pada kinerja, dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal untuk melakukan tindakan perencanaan yang dipilih.

Perencanaan strategis juga merupakan suatu hal untuk merencanakan strategi dalam segala hal, atau dalam kehidupan sehari-hari setiap orang.

2.      Perencanaan Taktis
Pada tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap area fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi oleh tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian.

Bagian taktis merupakan proses yang berkelanjutan, yang bertujuan dalam waktu dekat, merampingkan pengambilan keputusan dan menentukan tindakan. Bagian Ini dilakukan secara sistemik karena merupakan totalitas yang dibentuk oleh sistem dan subsistem, seperti yang terlihat dari sudut pandang sistemik. Apakah iteratif, dan proyek mana yang harus fleksibel dan menerima penyesuaian dan koreksi. Teknik ini memungkinkan pengukuran siklus dan evaluasi sebagai dijalankan yang secara dinamis dan interaktif dilakukan dengan orang lain, dan merupakan teknik yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari efisiensi.

3.      Perencanaan Operasional
Perencanaan Operasional ini dilakukan pada karyawan di tingkat terendah dari organisasi. Membuat perencanaan kecil sebuah organisasi dan merinci bagaimana tujuan akan dicapai. Bahkan, semua titik dasar perencanaan terjadi di tingkat operasional, yang sangat mempengaruhi dan menentukan, bersama dengan, hasil taktik.

Termasuk tugas-tugas operasional dan skema operasi yang benar dan efisien dalam menjalani sistem pendekatan reduksionis proses khas ditutup. Hal ini dilakukan berdasarkan proses diprogram dan teknik komputasi. Ini mengubah ide menjadi kenyataan, atau mengeksekusi tujuan dari suatu tindakan melalui berbagai rute, jangka pendek pekerjaan umumnya kurang dari 1 tahun.

4.      Perencanaan Normatif
Mengacu pada penciptaan standar, kebijakan serta peraturan yang ditetapkan untuk operasi organisasi. Hal ini bergantung pada pembentukan standar, metodologi dan metode untuk berfungsinya kegiatan yang direncanakan.

Standar-standar tentang pendirian aturan dan / atau undang-undang dan / atau kebijakan dalam setiap kelompok atau organisasi, terutama untuk menjaga pengendalian, pemantauan dan pengembangan perencanaan dan pengembangan standar dan kebijakan. Perencanaan berhubungan erat dengan desain struktur organisasi. Ini berlaku di daerah yang sangat spesifik, yang umumnya adalah mereka yang mengawasi dan menentukan aspek pada tingkat lainnya tidak dapat dipisahkan.

http://id.shvoong.com/business-management/management/2293395-jenis-jenis-perencanaan-dalamtingkatan-organisasi/
http://studimanajemen.blogspot.com/2012/09/manfaat-perencanaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2077093-tujuan-perencanaan-dan-manfaat-perencanaan/

Perencanaan Penetapan Manajemen: Planning 1

Perencanaan (Planning) adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi - fungsi pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan - tak akan dapat berjalan.

Menurut Robbins dab Coulter perencanaan tersebut ada dua macam bentuknya yaitu :

1. Rencana formal adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan rencana bersama anggota korporasi. Maksunya setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu agar tujuan dapat diwujudkan. Rencana formal ini dibentuk untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau perusahaan.
2. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini biasanya mencakup pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Maksudnya tidak tertulis disini adalah rencana yang tidak ada dalam ADRT sebuah perusahaan atau organisasi, rencana ini bersifat tidak tetap hanya berada pada kondisi tertentu saja.

Perencanaan memiliki banyak macam yaitu :
1. Perencanaan dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana

- Rencana Jangka Panjang (long term planning) adalah perencanaan yang berlaku antara 10-25 tahun.
- Rencana Jangka Menengah (medium range planning) adalah perencanaan yang berlaku antara 5-7 tahun.
- Rencana Jangka Pendek (short range planning) adalah perencanaan umumnya berlaku hanya untuk 1 tahun.

2. Perencanaan dilihat dari tingkatannya

- Rencana Induk (masterplan), adalah perencanaan yang menitik beratkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.
- Rencana Operasional (operational planning) adalah perencanaan yang lebih menitik beratkan pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
- Rencana Harian (day to day planning) adalah perencanaan harian yang bersifat rutin.

3. Perencanaan ditinjau dari ruang lingkupnya

- Rencana Strategis (strategic planning) adalah perencanaan yang berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model perencanaan ini sulit untuk dirubah.
- Rencana Taktis (tatical planning) adalah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.
- Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
- Rencana Terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu.

Langkah-langkah dalam perencanaan:
1. Menentukan tujuan yang akan dicapai: syarat tujuan jelas, dapat dicapai, dan tidak terlalu ringan.
2. Merumuskan keadaan saat ini.
3. Menentukan faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut.
4. Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan.
5. Mengimplemantasikan rencana dan mengevaluasi hasilnya.

http://www.edukasiana.net/2013/03/pengertian-perencanaan-dan-macam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan 
herry.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/966/PERENCANAAN.pdf
Mery Maswarita. Teori Perencanaan: Universitas Sriwijaya.pdf

Pengantar Psikologi Manajemen

MANAJEMEN
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur."

Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:

- Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
- Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
- Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
- Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
- Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
- Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.

Fungsi manajemen
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.

Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah di observasi tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit dipahami” (Richard L. Daft,1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah yang kompleks dan sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

Teori Kepemimpinan
Menurut Mar`at (1985), ada beberapa teori kepemimpinan yaitu:
1.  Teori Orang-orang terkemuka: Kepemimpinan adalah bakat warisan keturunan yang ada sejak lahir.
2.  Teori Lingkungan: Kepemimpinan atau pemimpin muncul dari hasil waktu, tempat dan situasi lingkungan.
3.  Teori Personal-situasional: kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal individu dan situasi.
4.   Teori Interaksi Harapan: Kepemimpinn muncul pada situasi ketergantungan dalam interaksi, yang akan menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi.
5.  Teori Humanistik: Kepemimpinan memperhatikan kedudukan orang lain atau anggota.
6.  Teori pertukaran: Dalam kepemimpinan selalu terkandung suatu hubungan pertukaran antara pemimpin dan pengikut.

Tipe Kepemimpinan
- Menurut Bogardus: tipe otokratik, tipe eksekutif, tipe cerminan intelektual
- Menurut Conway: Crowd-compeller, Crowd-exponent, Crowd-representatif
- Menurut Levine: Pemimpin kharismatik, organisasional, intelektual dan informal

Fungsi Kepemimpinan
1.      Menurut Bernard: Menentukan sasaran, memanipulasi cara, perubahan tindakan, merangsang usaha.
2.      Menurut Kretch dan Cruchfield: Pemimpin adalah: pelaksana, perencana, pembuat kebijaksanaan, tenaga ahli, mewakili kelompok, pengontrol hubungan internal, pemberi hadiah dan hukuman, wasit dan pelerai, pemberi contoh, simbol kelompok, ideolog, figur bapak dan kambing hitam.
3.      Menurut ahli tingkah laku: Penentuan sasaran dan mengarahkan tujuan, menetapkan cara mencapai tujuan, menetapkan cara memelihara struktur kelompok, memudahkan action dan tingkah laku kelompok, memelihara keterpaduan kelompok, dan memudahkan pelaksanaan tugas kelompok.

Sumber: 
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
http://id.m.wikipedia.org/wiki/ManajemenGriffin, R.W, (2002), Management 7th Edition, Houghton Mifflin Company, Texas A&M University. Kinicki, K, (2004), Management, The McGraw-Hill Companies, Inc, Florida. 

Nama: Maharani Thufailah F. M
Kelas: 3PA03

Jumat, 04 Juli 2014

Kesehatan Mental (Mengarahkan Perubahan Diri)

Mengarahkan perubahan diri

1.
Meningkatan kontrol diri
Pengendalian diri sebagai perilaku yang dipelajari

Perilaku disini tidak hanya merujuk untuk perilaku terbuka tetapi untuk semua proses internal dan eksternal dan kegiatan yang dapat diamati dan diukur.Titik utama Skinner adalah perilaku yang terdiri dari kemampuan kita untuk mengendalikan diri dapat dimodifikasi oleh prinsip yang sama seperti perilaku lain. Perilaku mengendalikan diri terutama dipelajari dan dengan demikian lebih rentan terhadap perubahan.

Kesadaran akan pengaruh lingkungan

Orang-orang yang bergantung pada prinsip-prinsp modifikasi perilaku stres perlu juga “outsight” atau kesadaran dan penguasaan pengaruh eksternal perilaku.

Mengubah isyarat dan konsekuensi dari perilaku.

Dua jenis variabel pengendalian atau pengaruh sangat penting untuk perilaku, yaitu  isyarat yang memicu perilaku dan konsekuensi yang mengikutinya. Beberapa syarat di sekeliling kita atau di dalam diri kita dapat memicu apa yang kita katakan dan kita lakukan dan seringkari kita hanya samar-samar dalam menyadari ini. Seringkali konsekuensi dari perilaku kita mengerahkan pengaruh yang lebih pada apa yang kita lakukan.

 

2.
Menetapkan tujuan
Mendefinisikan perilaku sasaran Anda

Sangat penting untuk menentukan target perilaku dalam hal perilaku. Kita ingin mengurangi atau menghilangkan masalah perilaku (perilaku negatif) dan meningkatkan perilaku yang positif.

Menetapkan tujuan yang dapat dicapai

Membuat program perbaikan diri untuk memilih tujuan yang terlalu ambisius atau tidak realistis.

 

3.
Pencatatan perilaku

Setelah kamu menetapkan tujuan, penting untuk memperhatikan perilakumu sekarang sebagai basis (landasan) untuk mengukur progresnya nanti. Ada tiga cara untuk mencatat, yang pertama itu frequency count (menghitung seberapa seringnya) contohnya itu menghitung jumlah kalori yang kita konsumsi atau berapa kali kamu berbicara dalam kelas. Yang kedua measure of the duration or amount of time invested in thebehavior (mengukur durasi atau waktu ketika melakukan perilaku), teknik ini lebih sulit, tapi lebih pantas ketika perilaku tidak dapat dengan mudah dipecah menjadi peristiwa yang terpisah. Contohnya seperti berapa lama tidur, belajar, dan bekerja. Yang ketiga adalah counting the products of the behavior (menghitung hasil dari perilaku) seperti ruangan yang bersih, tugas yang sudahselesai dan uang yang diperoleh.

 

4.
Menyaring antisenden perilaku

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, banyak perilaku terjadi karenakan rentetan peristiwa (chain behavior). Seperti merokok, itu cenderung sering terjadi ketika individu gugup, bosan dll. Kondisi ini disebut antisenden. Ketika tujuan kamu adalah menghilangkanperilaku yang tidak dinginkan, strategi terbaik adalah dengan mengurangi antisenden tersebut. Dan ketika kamu mencoba untuk menetapkan perilaku yang dinginkan sebaiknya kamu membuat/membangun antisenden dan asosiasi yang memicu perilaku yang diinginkan tersebut.

 

5.
Menyusun konsekuensi yang efektif

Setelah kamu mulai mengontrol beberapa kondisi yang memicu target perilakumu, kamu siap untuk lebih memperhatikan konsekuensi dari perilakumu.

Kita tidak memberi imbalan kepada diri kita sendiri dengan reinforcers (penguat) sampai kita bisa melihatkan target perilaku yang ingin kita kuatkan. Reinforcers itu sendiri adalah apapun yang memperkuat perilaku. Ada dua macam reiforcers yang pertama positive reinforcment syang memperkuat perilaku yang diberikan langsung. Yang kedua negative reiforcement terdiri dari mengurangi atau menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan seperti cemas.

Memilih reinforcer adalah tindakan yang sangat pribadi. Pada dasarnya, reinforcer yang efektif harus memiliki beberapa kriteria. Yang pertama harus sesuatu yang menguatkan untuk kamu. Yang kedua apakah reinforcer itu mudah dikendalikan. Yang ketiga adalah reiforcer itu harus kuat.

 

6.
Menerapkan perencanaan yang efektif

Pada poin ini kamu sudah siap untuk menetapkan keseluruhan rencanamu ke tindakan. Tapi, sebelum kamu memulai, penelitian sudah menunjukkan bahwa kamu harus berhati-hati kepada dua hal: persetujuan dengan dirimu tentang tujuanmu dan reinforcers yang kamu gunakan. Dengan tujuan untuk mempunyai pertujuan yang jelas dengan dirimu sendiri tentang apa yang hendak kamu selesaikan, kamu harus membuat self-contract. Yang didalamnya harus terdapat:

a.
Penjelasan yang jelas tentang terget perilaku ang hendak di capai, termasuk batas waktu programmu.
b.
Reinforcers yang akan kamu gunakan, bersamaan dengan jadwal digunakannya.
c.
Klausa bonus untuk tambahan positive reinforcement jika kamu melampaui batas minimal kontrakmu.
d.
Klausa pinalti jika kamu tidak memenuhi kontrakmu dalam waktu yang sudah ditentukan.
e.
Cara-cara yang akan anda gunakan untuk mencatat perilaku anda.
f.
Saksi mata, minimal satu orang, terutama jika mereka membantumu.

idealnya adalah kamu menggunakan reinforcers segera setelah kamu melakukan perilaku yang kamu inginkan.

7.
Evaluasi

Akan ada hari yang baik dan buruk ketika melakukan self-impovement (perbaikan diri sendiri). Sering sekali orang-orang cenderung meremehkan peningkatan mereka dikarenakan tidak secepat yang mereka inginkan. Beberapa perubahan dalam perilaku terjadi secara berangsur-angsur dan memerlukan kesabaran yang besar. Ketika peningkatan mereka megecewakan, ada beberapa hal yang menjadi kesalahan. Yang paling sering dikarenakan kekurangan sasaran perilaku yang di tetapkan, kesalahan dalam catatan, atau gagal dalam menggunakan reinforcement dengan benar. Problem pertama biasanya terdiri dari target perilakunya terlalu biasa. Yang kedua adalah ketika melakukan renforcement. Tidak membuat reinforcement kontigan pada perilaku anda, yang pada dasarnya adalah kecurangan pada diri anda.

Banyak orang yang sukses dalam upaya meningkatkan perubahan diri sering mencapain pada poin dimana mereka berhenti mengikuti program mereka. Beberapa bulan setelah menyelesaikan program self-modification, banyak siswa yang malu mengebai tidak lagi menyimpan catatan atau menggunakan renforcers. Tapi, mereka juga tidak terganggu oleh problem perilaku mereka.

Ide yang bagus untuk menghapus program anda secara sengaja dan bertahap. Daripada tiba-tiba berhenti dari catatan atau renforcers anda, anda seharusnya beralih dengan cara mengurangi sedikit demi sedikit reinfocementnya.

Sukses dalam mencapai kontrol diri yang baik adalah persoalan yang relatif. Mereka yang sudah mencapai tujuan mereka cenderung untuk mendukung lebih baru, lebih ambisus. Namun, individu yang belum sukses bisa belajar dari kesalahannya.

 

8.
Studi kasus

contohnya

Seorang anak ingin mengarahkan perubahan dirinya yaitu dia ingin mengurangi kebiasannya yang terlalu sering bermain, dia meningkatkan kontrol dirinya dengan awal muka mengurangi waktu bermainnya menjadi hanya 2/3 jam saja sehari dia mengganti waktu tersebut dengan membaca, belajar dll (hal-Hal yang bermanfaat). Lalu dia menetapkan tujuan mengapa dia ingin mengurangi waktu bermain itu yaitu meningkatkan nilai-nilai di sekolahnya dan dia bertekad untuk masuk ranking 5 besar di sekolahnya. Untuk pencatatan perilaku, dia menggunakan measure of the duration or amount of time invested in the behavior (mengukur durasi atau waktu ketika melalukan perilaku). Jadi setiap harinya anak tersebut mengurangi waktu untuk bermainnya dan memberbanyak waktunya untuk belajar. Dan seperti yang sudah di jelaskan di atas, bajunya banyak perilaku terjadi karenan rentetan peristiwa, di sini dia melakukan peristiwa tersebut dikarenakan dia bosan, dan tidak mengerti materi yang akan dipelajari. Dan disini dia membuat antisense yang memicu perilakunya untuk banyak belajar yaitu ingin masuk ranking 5 besar dan jika ingin masuk 5 besar berarti dia harus banyak belajar dan mengurangi waktu bermainnya. Untuk reinforce-nya dia menggunakan reinforcement negatif yaitu dia menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan yaitu malas, bosan dll. Untuk tahap perencanaan yang efektif disini dia membuat self-contract yang isinya adalah:

1. Disini dia menjelaskan target apa yang hendak di capai dan batas waktu programnya. Target yang hendak dicapainya yaitu mengurangi waktu bermain dan meningkatkan prestasi di sekolah dan batas waktunya adalah selama satu semester awal.

2. Reinforces yang di gunakan. Disini dia menggunakan reinforcers negatif yaitu menghilangkan stimulus yang tidak baik seperti rasa bosan, malas.

3. Bonus tambahan jika melampaui batas. Disini jika dia berhasil mencapai target dia akan mendapatkan imbalan yang diinginkan, misalnya yang pada awalnya dia menginginkan masuk 5 besar dan akhirnya dia masuk ke 3 besar, orang tuanya akan memberikan hadiah yang lebih dari yang dia ingingkan pada mulanya.

4. Pinalti jika tidak memenuhi kontrak yang sudah di tentukan. Jika dia tidak berhasil masuk 5 besar, dia berjanji tidak akan bermain selama satu semester kedepan.

5. Cara-cars yang digunakan untuk mencatat perilaku. Setiap harinya dia mencatat waktu untuk bermainnya dan untuk belajarnya, dan waktu dari bermain tersebut harus lebih sedikit dari waktu belajar.

6. Saksi mata. Disini saksi matanya adalah kedua orang tuanya, dan orang tuanya sangat membantu untuk dia sampai pada target yang diinginkannya.

Untuk evaluasinya, disini dia melihat dari hasil ulangan dan tugas di sekolahnya yang semakin hasi meningkat sedikit demi sedikit. Pada awalnya anak tersebut sempet putus asa karena nilainya tidak langsung meningkat, tapi setelah dia mengerti bahwa hasil ini meningkatkan sedikit demi sedikit dia menjadi semakin rajin. Setelah akhirnya batas waktu habis dan kini saatnya melihat hasilnya, ternyata dia berhasil masuk ke 3 besar. Meskipun kini sudah masuk 3 besar, dia masih melakukan pencatatan perilaku, karena menurut dia ini adalah pedoman untuk merubah perilakunya menjadi lebih baik. 

Senin, 30 Juni 2014

Tugas Softskill Kesehatan Mental

Keluarga Bapak H. Umar dengan Ibu Hj. Atjih Kendaraih sudah menikah lebih dari 50 tahun. Dan dikaruniai 3 orang anak dan 6 cucu. Di usia pernikahan yang di bilang sudah cukup lama, mereka masih terlihat bahagia dan harmonis. Ibu Atjih mengantarkan bawa resep keharmonisan rumah tangga mereka adalah dengan saling percaya antara satu dengan yang lain. Ibu Atjih mengatakan tidak setiap rumah tangga akan berjalan mulus, pasti selalu ada saja rintangannya. Sering sekali mereka bertengkar tentang masalah sepele, tapi itu tidak menjadi akhir bagi kehidupan mereka. Ibu Atjih mengatakan mereka selalu membicarak dengan baik-baik untuk menyelesaikan permasalah. Jika salah satu dari mereka merasa sudah berkeras hati dengan pilihannya, salah satu dari mereka akan berbicara dengan kepala dingin. Karena menurut mereka jika kedua-duanya berkeras kepala, tidak akan menyelesaikan masalah, tapi hanya akan menambah masalah. Sekian itu juga, komunikasi juga menjadi resep keharmonisan rumah tangga mereka. 

Nama: Maharani Thufailah Fairuz Mayangda
Kelas: 2PA03

Senin, 28 April 2014

Tugas Kesehatan Mental

Kasus:
MARAKNYA SADISME DI SEKITAR KITA

Maraknya Sadisme di Sekitar Kita

SAAT ini mestinya adalah waktu yang tepat bagi para ahli beragam profesi, apakah itu psikolog, psikiater, sosiolog, novelis, ataupun ahli hukum, untuk mengabadikan pandangan-pandangan maupun imajinasinya mengenai sadisme alias kebrutalan di sekitar kita dalam bentuk buku.

Betapa tidak? Hanya dalam rentang waktu beberapa bulan, kita disuguhi beragam laporan berita yang mengerikan. Ada seorang suami (Hermanto) membunuh istrinya sendiri, Aisyah Susan Sieh, secara sadis di Jakarta, Juni lalu. Masih di Jakarta, seorang petugas keamanan, Nendi Suhendi, membunuh mantan pejabat Departemen Keuangan, Hamonangan Hutabarat (70), berikut istri dan pembantu perempuannya. 

Di Surabaya, Yanuar Stefanus (37), seorang laki-laki keturunan Tionghoa, menggorok istri dan kedua anaknya yang masih balita hingga tewas, sebelum membunuh diri dengan pisau mautnya itu (Suara Merdeka, 26/09/2008). Masih banyak lagi kasus pembunuhan sadis lainnya. Di antara semua itu, kasus Ryan kiranya paling menggegerkan. Dalam kurun waktu setahun, lelaki kemayu asal Jombang, Jawa Timur, ini setidaknya telah membunuh 11 orang secara berantai di Jakarta dan Jombang. Sekarang kasusnya masih dalam proses penyelidikan aparat kepolisian di DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Banyak orang bertanya, fenomena apa ini? Laporan-laporan menunjukkan, umumnya pembunuhan itu bermotif uang atau harta. Persoalannya, mengapa manusia bisa begitu jahat dan sangat brutal? Pertanyaan ini sudah lama menjadi kajian menarik, termasuk para sineas yang mengangkatnya dalam cerita-cerita film. 

Dalam film The Good Man, misalnya, sutradara Joseph Ruben mencoba mengemas cerita seorang anak berwajah polos yang mempunyai karakter sadis. Dalam film garapan itu dilukiskan, iblis bisa menjelma menjadi apa saja, termasuk menjadi seorang bocah. Dilukiskan, bocah bernama Henry (diperankan Macaulay Culkin) itu tidak hanya tega membunuh seorang temannya, berusaha menghabisi sepupunya dan beberapa teman lainnya, tetapi juga mengincar nyawa ibunya, Susan. Henry akhirnya mati di jurang saat akan membunuh Mark sepupunya.
Dalam Encyclopedia of Murder (1961), kita bisa menemukan ratusan kasus pembunuhan sadistis, khususnya di AS dan Eropa, namun tak ada pembahasan tentang sebab-musababnya. Di antara kasus itu pelakunya adalah orang militer aktif maupun pensiunan. Korbannya ada yang mencapai puluhan orang. 

Sebagian kasus lainnya dikategorikan rumit, sehingga tidak terungkap meski polisi telah memburunya selama bertahun-tahun. Salah satu kasus terbesar adalah The Thames Nude Murders di London, antara Juni 1959 hingga Februari 1965. Pembunuhnya dikenal dengan julukan Jack the Stripper, dan korbannya kebanyakan pelacur. Rumor yang beredar sempat menuduh mantan petinju Freddie Mills, yang kemudian mati. Tetapi sang pembunuh berantai itu tetap misteri hingga kini, begitu ditulis dalam buku The Book of Lists 2 karya Irving Wallace dkk.

Dari buku-buku sejarah kita juga tahu betapa pembunuh berdarah dingin, baik yang berlatar belakang masalah pribadi, dendam kesumat pribadi, kelompok, maupun politik, bisa menggunakan kedok bermacam-macam termasuk agama. Papa Doc Duvalier, penguasa Haiti 1950-an hingga awal 1970-an, dilukiskan sebagai dokter yang suka mengenakan jubah pendeta, berkomat-kamit dengan rosario di tangan, dan mengutip Injil. Tetapi tak terhitung berapa rakyat Haiti yang mati bersimbah darah karena perintah Papa Doc, yang kemudian digantikan anaknya, Baby Doc Duvalier.
Akar Kekerasan Kekerasan dengan banyak simbahan darah juga terjadi di kelompok-kelompok masyarakat di negeri ini, yang dilukiskan sebagai masyarakat yang lemah lembut dan ramah tamah. Pembunuhan massal akibat dendam politik juga terjadi pada pertengahan 1960-an di Jawa, misalnya, bahkan juga di Bali yang sering dilukiskan sebagai masyarakat penuh harmoni. Mengherankan memang. Tetapi mungkin karena ’’aneh’’ itulah Eric Fromm (1900-1980), seorang ahli psikoanalisa sampai mengambil contoh kasus di Indonesia itu untuk dimasukkan di dalam bukunya yang istimewa, The Anatomy of Human Destructiveness, yang terbit pertama kali pada 1973. 

Dalam bukunya, Eric Fromm membahas secara detial akar kekerasan. Ia menjelaskan mulai instingtivisme, behaviorisme, dan psikoanalisis, tentang konsep agresi Sigmund Freud dan teori Konrad Lorenz. Ia juga membahas bukti-bukti yang menentang tesis instingtivis, yang menyokong pandangan bahwa orang itu sadis sudah dari sononya. 
Dibahas pula secara luas premis-premis tentang agresi jahat, termasuk kekejaman dan kedestruktifan. Ada kedestruktifan nyata, kedestruktifan kesumat, dan ada pula kedestruktifan ekstatik. Ia juga memberi contoh karakter destruktif dalam bentuk sadisme.

Namun penjelasan yang paling menarik barangkali adalah tentang kondisi-kondisi yang membangkitkan sadisme. Apa saja faktor yang kondusif bagi perkembangan sadisme? Eric Fromm mengatakan, jawabnya masih terlalu pelik. Meski begitu, ada satu hal yang telah jelas sejak awal: tidak ada hubungan sederhana antara lingkungan dan karakter seseorang.

Mengapa? Jawabnya, karena karakter individu ditentukan oleh faktor-faktor perseorangan, semisal kecenderungan yang berlaku secara melembaga, kekhasan kehidupan keluarga, dan peristiwa-peristiwa luar biasa dalam kehidupannya. Bukan hanya faktor-faktor perseorangan ini yang dapat memainkan peranan; faktor-faktor lingkungan juga lebih rumit ketimbang yang kita duga. 

Suatu masyarakat bukanlah ’’satu’’ masyarakat. Suatu masyarakat merupakan sistem yang rumit; ada kelas bawah yang kolot dan modern, kelas menengah, kelas atas, elite penguasa yang busuk, kelompok-kelompok dengan atau tanpa tradisi religi atau ajaran moral-filsafat, bahkan ada pula masyarakat kota kecil dan kota besar. Semuanya itu baru sebagian faktor yang perlu dipertimbangkan.

Tentang faktor-faktor individu yang meningkatkan sadisme, menurut Eric Fromm, adalah semua kondisi yang cenderung membuat anak-anak atau orang dewasa merasa kesepian dan tidak berdaya. Anak yang tak sadis bisa saja kelak menjadi remaja atau orang dewasa yang sadis, jika ada perubahan situasi tertentu.

Kondisi lain adalah situasi kehampaan jiwa. Jika tidak ada stimuli, tidak akan ada yang dapat membangkitkan kecakapan si anak. Jika ada situasi yang menjemukan dan tidak menyenangkan, si anak akan menjadi pribadi dingin. Hal itu karena tidak ada sarana yang tepat untuk menyalurkan kecakapannya, tidak ada orang yang mau menanggapi atau bahkan mendengar keluhannya. Si anak dibiarkan memendam rasa ketidakberdayaan dan ketidakmampuan.

Ketidakberdayaan memang tidak selalu membentuk karakter sadistik; benar-tidaknya ini tergantung pada banyak faktor. ’’Meskipun demikian, hal ini merupakan salah satu sumber utama yang memberi sumbangsih bagi perkembangan sadisme, baik secara individu maupun sosial,’’ kata Eric Fromm.

Sebuah peringatan bagi kita, setidaknya kita bisa mencegah timbulnya sadisme di lingkungan keluarga kita sendiri. Seperti pesan sentral film The Good Man, bisa saja anak-anak kita menjadi the sleeping enemies. Kita mesti mencegah kemungkinan timbulnya Henry-Henry lain dari keluarga kita. (32)
    
Menurut saya kenapa kasus ini pas dengan teori Fromm seperti yang telah di bahas di atas karakter individu selain ditentukan oleh individu itu sendiri juga di pengaruhi oleh lingkungan sekitarnya (masyarakatnya). Fromm membagi sistem struktur masyarakat ke dalam 3 bagian yaitu 1)bagian A, masyarakat yang pencinta kehidupan. 2)bagian B, masyarakat non-destruktif-agresif. 3)bagian C, yaitu masyarakat destruktif. Jika seseorang hidup di lingkungan masyarakat bagian B dan C maka kemungkinan besar akan mempengaruhi kepribadian orang itu sendiri.

Selain itu juga Fromm menjelaskan ada dua makna untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan, yaitu: 1)Mencapai kebebasan positif dengan menyatu dengan orang lain. 2)Memperoleh rasa aman dengan meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan interheritas diri kepada sesuatu yang dapat memberi rasa aman. Orang yang melakukan sadisme sudah pasti tidak bisa menyatu dengan orang lain, dia lebih sering berdiam diri, dan dia memperoleh rasa amannya itu dengan cara dia melakukan sadisme terhadap orang lain. Orang seperti ini melakukan mekanisme pertahanan destruktivness (perusakan) yang berakar dari kesepian, isolasi dari dunia luar. Orang yg melakukan destruktivness tidak membangun hubungan dengan pihak luar dan mendapatkan kekuatannya itu melalui usaha untuk membalas/merusak kekuatan orang lain

Nama: Maharani Thufailah F. M.

NPM: 14512379

Kelas: 2PA03

Rabu, 09 April 2014

TUGAS KESEHATAN MENTAL (ERICH FROMM)







Kelompok:
AGUNG BUDI NUGROHO ( 18512245)
AMINAH (10512711)
MAHARANI THUFAILAH FM ( 14512379)
WASILLA NOER (17512664)
WILLDY SURYA BINTANG (17512713)





Fakultas  Psikologi
Universitas Gunadarma






ERICH FROMM

 
1. BIOGRAFI

Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Setelah memperoleh gelar Ph.D dari Heidelberg tahun 1922, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut psikoanalisis Berlin yang terkenal waktu itu. Tahun 1933 ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut psikoanalisis Chicago dan melakukan praktik privat di New York City. Ia pernah mengajar pada sejumlah universitas dan institut di negara ini dan di Meksiko. Terakhir, Fromm tinggal di Swiss dan meninggal di Muralto, Swiss pada tanggal 18 Maret 1980.
Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The economic philosophical manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Tema dasar ulisan Fromm adalah orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena ia dipisahkan dri alam dan orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita akan mengulas lebih dalam mengenai teori-teori Fromm.

2. TEORI KEPRIBADIAN ERICH FROMM

Sebelum mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis. Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi seorang fanatik yang haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang meninggal di parit-parit perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi gila. Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.

Fromm sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang pertama, The Economic and Philosophical Manuscripts yang ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx, menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis. Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud dan menggunakan psikoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah pemikiran Marx. Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya berbeda sekali dengan kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun 1961. Meskipun Fromm deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri lebih suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan filsafat.

Tema dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.

Dalam buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964), dikatakan bahwa setiap masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa feodalisme, kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya menunjukkan usaha manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontradiksi yang dimaksud adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam, merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, orang memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, bisa terluka, transendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.

Fromm membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter sosialnya:

1. Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak. Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.

2. Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki kelemah-lembutan, dan saling percaya.

3. Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif, agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan. Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi persaingan, mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan simbol.

Fromm juga menyebutkan dan menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam masyarakat dewasa ini, yakni:

1. Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)

2. Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)

3. Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)

4. Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)

5. Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan barang-barang untuk suatu kemajuan)

6. Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian, biofilus:orang yang mencintai kehidupan)

Fromm juga memngemukakan bahwa bila masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana terjadi ketika feodalisme berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik menggeser tenaga tukang, perubahan semacam itu akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam karakter sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang dengan masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada validitas proposisi-proposisi berikut:

1) Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan,

2) Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,

3) Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar eksistensi manusia, dan

4) Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.

Kemudian Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan membinasakannya, dimana setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan konformitas, dimana terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian Humanistik. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.

KONDISI EKSISTENSI MANUSIA

Dilema Eksistensi

Mengikuti filsafat dualism, semua gerak di dunia dilatarbelakangi oleh pertentangan dua kelompok ekstrim, tesa dan antitesa. Pertentangan itu akan menimbulkan sintesa, yang pada dasarnya dapat dipandang sebagai teas baru yang akan memunculkan antitesa yang lain. Itulah dinamika yang tidak pernah berhenti bergerak.

Menurut Fromm, hakekat manusia juga bersifat dualistik. Paling tidak ada empat dualistik di dalam diri manusia:

a. Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia

Manusia sebagai binatang memiliki banyak kebutuhan fisiologik yang harus dipuaskan, seperti kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan seksual. Manusia sebagai manusia memiliki kebutuhan kesadaran diri, berfikir, dan berimajinasi. Kebutuhan manusia itu terwujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, kasihan, perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, sedih, transendensi, kebebasan, nilai, dan norma.

b. Hidup dan mati

Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati, tetapi manusia berusaha mengingkarinya dengan meyakini adanya kehidupan sesudah mati, dan usaha-usaha yang tidak sesuai dengan fakta bahwa kehidupan akan berakhir dengan kematian.

c. Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan

Manusia mampu mengkonsepkan realisasi-diri yang sempurna, tetapi karena hidup itu pendek kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang berusaha memecahkan dikotomi ini melalui mengisi rentang sejarah hidupnya dengan prestasi di bidang kemanusiaan, dan ada pula yang meyakini dalil kelanjutan perkembangannya sesudah mati.

d. Kesendirian dan kebersamaan

Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak bisa menerima kesendirian. Manusia menyadari diri sebagai individu yang terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya tergantung kepada kebersamaan dengan orang lain. Dilema ini tidak pernah terselesaikan, namun orang harus berusaha menjembatani dualism ini, agar tidak menjadi gila. Dualisme-dualisme itu, aspek binatang dan manusia, kehidupan dan kematian, ketidaksempurnaan dan kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan, merupakan kondisi dasar eksistensi manusia. Pemahaman tentang jiwa manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensi manusia.

Kondisi yang dibawa dari lahir antara tesa-antitesa eksistensi manusia, disebut dilema eksistensi. Di satu sisi manusia berjuang untuk bebas, menguasai lingkungan dengan hakekat kemanusiaannya, di sisi lain kebebasan itu memperbudak manusia dengan memisahkan hakekat kebinatangan dari akar-akar alaminya. Dinamika kehidupan bergerak tanpa henti seolah-olah manusia bakal hidup abadi, setiap orang tanpa sadar mengingkari kematian yang baka dan berusaha bertahan di dunia yang fana. Mereka menciptakan cita-cita ideal yang tidak pernah dapat dicapai, mengejar kesempurnaan sebagai kompensasi perasaan ketidaksempurnaan. Anak yang berjuang untuk memperoleh otonomi diri mungkin menjadi dalam kesendirian yang membuatnya merasa tidak berdaya dan kesepian; masyarakat yang berjuang untuk merdeka mungkin merasa lebih terancam oleh isolasi dari bangsa lain. Dengan kata lain, kemandirian dan kebebasan yang diinginkan malahan menjadi beban. Ada dua cara menghindari dilema eksistensi yaitu:

1. Menerima otoritas dari luar dan tunduk kepada penguasa dan menyesuaikan diri dengan masyarakat. Manusia menjadi budak (dari penguasa negara) untuk mendapatkan perlindungan/rasa aman.

2. Orang bersatu dengan orang lain dalam semangat cinta dan kerja sama, menciptakan ikatan dan tanggung jawab bersama dari masyarakat yang lebih baik.

KEBUTUHAN MANUSIA

Umumnya kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua, kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia, yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, frame of devotion, Excitation-stimulation, dan Effectiveness.

Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan

1. Keterhubungan (relatedness): Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai,menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk mempertahankan hubungan yang pertama, yakni hubungan dengan ibu, kemudian diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain,bisa negatif yakni hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.

2. Keberakaran (rootedness): Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan yaitu:

· Dia direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, dia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya)

· Fikiran dan kebebasan yang dikemangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya.

Keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap saat orang dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah duania yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat, yakni mengidentifikasikan diri dengan satu situasi, dan tidak mau bergerak maju untuk membuat ikata baru dengan dunia baru.

3. Menjadi pencipta (transcendency): Karena individu menyadari dirinya sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya meras tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat fasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta. Seperti menjadi keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).

4. Kesatuan (unity): Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan “untuk apa orang mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi?” dari dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain.

5. Identitas (identity): Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Misalnya orang primitif mengidentifikasikan diri dengan sukunya, dan tidak melihat dirinya sendiri sebagai bagian yang terpisah dari kelompoknya.

Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas

1) Kerangka orientasi (frame of orientaion): Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya; tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg-mempribadi. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan realitas yang menakutkan, mereka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.

2) Kerangka kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.

3) Keterangsangan- stimulasi (excitation-stimulation): Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana (misalnya: makanan), tetapi stimuli yang mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau hukm fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.

4) Keefektivan (effectivity): Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.

MEKANISME MELARIKAN DIRI DARI KEBEBASAN

Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dengan ketidakberjayaan dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu. Pada dasarnya ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan diantaranya:

1. Mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik dan altruistik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Oleh Fromm disebut pendekatan humanistik, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan, karena semua menjadi saudara dari yang lain.

2. Memperoleh rasa aman denagn meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan intehritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena kesendirian dan ketidakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak mengizinkan orang mengekspresikan diri, dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di bawah kekuatan lain disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang, baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting, yakni otoritarianisme, destruktif, dan konfomitas.

a. Otoritarianisme (authoritarianism)

Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa merupakan masokisme dan sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak beraya, lemah, inferior yang dibawa, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya. Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta dan kesetiaan, tetapi tidak memberi sumbangan positif kekemandirian. Sedangkan sadisme dipakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Sadisme juga merupakan bentuk neurotik yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengacam orang lain) dibanding masokisme.

b. Perusakan (destruktiveness)

Destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usaha membalas/merusak kekuatan orang lain, individu, bahkan negara dapat memakai strstegi destruktif , merusak orang atau obyek, dalam rangka memperoleh perasaan kuat yang hilang.

c. Penyesuaian (conformity)

Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain.




Daftar Psutaka

Hall, Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius

Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo